Return to site

Equityworld Futures - Harga Minyak Naik Didorong Penurunan Stok dan Ketegangan Timur Tengah

broken image

Harga minyak mengalami kenaikan pada hari ini, didorong oleh laporan penurunan persediaan minyak mentah dan bensin di Amerika Serikat serta kekhawatiran mengenai potensi gangguan pada suplai minyak global akibat meningkatnya ketegangan di Timur Tengah.

Minyak mentah berjangka Brent tercatat naik moderat sebesar 30 sen, mencapai $80,99 per barel. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS mengalami kenaikan sedikit lebih tinggi sebesar 38 sen, menjadikannya $78,73 per barel.

Menurut data dari American Petroleum Institute, persediaan minyak mentah dan bensin AS mengalami penurunan pada minggu yang berakhir pada tanggal 9 Agustus. Laporan menunjukkan penurunan signifikan pada persediaan minyak mentah sebesar 5,21 juta barel dan stok bensin yang turun sebesar 3,69 juta barel. Sebaliknya, stok distilat mengalami kenaikan sebesar 612.000 barel.

Penurunan persediaan minyak biasanya menandakan adanya peningkatan permintaan, terutama di Amerika Serikat, yang merupakan konsumen minyak terbesar di dunia. Situasi ini menambah dorongan pada harga minyak.

Di sisi lain, ketegangan geopolitik di Timur Tengah turut memberi tekanan pada harga minyak. Pasar sedang memantau dengan cermat tindakan Iran menyusul pembunuhan seorang pemimpin Hamas pada akhir Juli, yang diduga terkait dengan Israel. Meskipun Israel belum mengonfirmasi keterlibatannya, Angkatan Laut AS telah mengirimkan kapal perang dan kapal selam ke wilayah tersebut untuk memperkuat pertahanan Israel.

Analis mencatat bahwa eskalasi konflik di Timur Tengah dapat mengganggu suplai minyak mentah dari Iran dan negara-negara penghasil minyak tetangga lainnya, yang berpotensi menyebabkan persediaan yang lebih ketat dan mendukung harga minyak lebih lanjut.

Namun, Badan Energi Internasional (IEA) memberikan penyeimbang terhadap pandangan ini dengan mempertahankan perkiraan pertumbuhan permintaan minyak global untuk tahun 2024. Meskipun demikian, IEA mengurangi proyeksi pertumbuhan permintaan untuk tahun 2025, mengaitkan hal ini dengan dampak pelemahan ekonomi China terhadap konsumsi minyak global.

Sumber: Investing